Acara Pernikahan: Sukuran atau Jualan
Karena gengsi dan strategi, sebuah acara pernikahan sudah
tidak murni sebagai tanda sukuran.
Memasuki bulan pertama di
tahun baru Islam, kita yang ada di dunia, khususnya yang ada di Bumi datar,
khususnya di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, akan disuguhi oleh keramaian
pawai rebana (di siang hari) dan pawai obor (di malam hari) yang dilakukan oleh
para siswa dan santri. Namun satu bulan sebelum itu, ada bulan Dzulhijah,
dimana kita tidak hanya menerima beberapa kupon daging dari panitia Qurban,
tetapi kita juga pasti menerima beberapa undangan pernikahan dari teman atau
saudara, baik itu berbentuk surat ataupun pesan digital.
Memang sudah saatnya, ketika
umur sudah melewati cukup jauh batas sweet
seventen, jika bukan kita yang memberi surat undangan, maka kita lah yang
akan menerimanya dari teman-teman kita. Baik itu dari teman satu sekolahan,
teman satu kerjaan, teman seperjuangan, atau bahkan- teman tapi mesra. ouuww~
Melangsungkan pernikahan pada
bulan yang dianggap baik, yang salah satunya bulan Dzulhijah ini, memang sudah
terjadi sejak beberapa tahun kebelakang, atau mungkin bertahun-tahun jauh kebelakang
sebelum saya dan teman-teman saya yang memberi undangan lahir ke dunia. Dan
jika kita beruntung, kita akan menerima lebih dari dua undangan yang tanggal
pernikahannya sama.
Namun, sebagai teman yang baik,
meskipun sebaik-baiknya juga cuma dianggap teman, kita pastinya ikut
serta merasakan bahagia jika ada teman kita yang sudah sampai ke tahap
pernikahan. Bagaimana tidak, meskipun selalu ada pihak yang terluka, pernikahan
sejatinya merupakan ritual kebahagiaan yang selalu ditunggu dan diusahakan oleh
kebanyakan orang. Karena hanya dengan pernikahanlah, yang tadinya haram menjadi
halal, yang tadinya perbuatan maksiat menjadi sebuah ibadah, dan yang tadinya
disindir tetangga menjadi disindir mertua. hmm
Bagi sebagian orang, acara
pernikahan menjadi sebuah barang yang mahal, karena selain tungtutan mahar yang
cukup tinggi dari calon mertua, acara resepsi yang akan digelar juga ditungtut untuk
mewah. Sehingga tidak menutup kemungkinan, pihak yang mengadakan acara
pernikahan akan berharap mendapat timbal balik dari tamu undangan, baik berupa
uang dalam amplop ataupun hadiah dalam kado. Hal ini memang sudah menjadi
budaya di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, bahwa setiap tamu undangan akan
merasa tidak enak atau bahkan malu jika tidak membawa amplop atau kado ke acara
pernikahan. Sehingga ada saja beberapa orang yang memilih tidak datang karena
tidak bisa memberi hadiah, atau pilihan lain, memaksakan datang dan memberi
amplop kosong.
Apakah sebuah acara pernikahan
memang harus seperti itu? Bukankah sebuah mahar tidak perlu mahal, yang penting
halal? Bukankah sebuah acara resepsi tidak perlu mewah, yang penting akadnya
sah?
Kebanyakan dari kita memang
suka merepotkan diri sendiri, biaya acara resepsi pernikahan menjadi mahal
karena kita ingin mengundang banyak orang. Dari saudara yang dekat sampai yang
jauh, dari teman dekat sampai teman yang bahkan kita belum pernah bicara dengan
mereka.
Hal itu sering terjadi kepada
saya, beberapa kali saya menerima undangan pernikahan dari seseorang yang
namanya saja tidak saya kenal. Ketika saya tanya ke teman saya yang lain, saya
baru tahu orangnya yang mana, ternyata dia memberi undangan hanya karena kita
satu kerjaan. Saya waktu itu bekerja di sebuah pabrik yang karyawannya cukup
banyak. Jangankan saya, seorang HRD saja belum tentu hapal semua nama karyawan.
Tujuan sebenarnya dari resepsi
pernikahan adalah untuk bersukur dan bergembira, sekaligus untuk memberi
semacam pengumuman kepada orang-orang agar mereka tahu bahwa pasangan tersebut
sudah resmi menjadi suami istri. Sehingga tidak terjadi fitnah terhadap
pasangan tersebut dikemudian hari.
Namun sayang, semakin kesini
acara resepsi pernikahan sudah tidak murni sebagai tanda sukur saja. Sudah
terselip pikiran untuk mendapat timbal balik dan bahkan keuntungan (uang).
Karena semakin banyak tamu undangan yang datang, maka akan semakin banyak pula
amplop atau hadiah yang didapat. Sudah lupa saja, bahwa yang paling terpenting
itu adalah doanya.
Saya pikir sebuah acara
pernikahan tidak perlu mewah dan tidak perlu mengundang banyak orang, seperti
teman jauh yang hanya kenal wajahnya saja, atau bahkan teman jauh yang dulunya
dekat. Karena acara pernikahan akan lebih hangat dan menyenangkan jika yang
hadir adalah teman-teman yang kita kenal dan dekat dengan kita.
Terakhir saya datang ke acara
pernikahan adalah ketika pernikahan teman dekat saya, acaranya sederhana dan
tidak berlangsung sangat lama, karena menurutnya hanya teman dekatnya saja yang
dia undang. Saya cukup terkesan dan terpuaskan, karena meskipun sederhana,
makanan untuk para tamu tidak habis duluan dan tidak ada tamu yang bingung
mencarai tempat duduk karena kursi yang disediakan sedikit. Alhasil dia jadi
tidak terlalu sibuk bersalaman dengan tamu dan bisa diajak ngopi dulu di kursi
tamu dengan saya. Meski mungkin nanti dia akan terkejut menemukan salah satu
hadiah pernikahan yang tidak lazim. Semoga saja dia tidak tahu kalau itu dari
saya, semoga saja dia tidak mendapat amplop kosong, dan semoga saja dia tidak
terus-terusan disindir mertua.
mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
ReplyDeleteBONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup.