Meski Beda Tetap Harus Bicara


Monday, November 5, 2018

Acara Pernikahan: Sukuran atau Jualan


Acara Pernikahan: Sukuran atau Jualan

Karena gengsi dan strategi, sebuah acara pernikahan sudah tidak murni sebagai tanda sukuran.

Memasuki bulan pertama di tahun baru Islam, kita yang ada di dunia, khususnya yang ada di Bumi datar, khususnya di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, akan disuguhi oleh keramaian pawai rebana (di siang hari) dan pawai obor (di malam hari) yang dilakukan oleh para siswa dan santri. Namun satu bulan sebelum itu, ada bulan Dzulhijah, dimana kita tidak hanya menerima beberapa kupon daging dari panitia Qurban, tetapi kita juga pasti menerima beberapa undangan pernikahan dari teman atau saudara, baik itu berbentuk surat ataupun pesan digital. 

Memang sudah saatnya, ketika umur sudah melewati cukup jauh batas sweet seventen, jika bukan kita yang memberi surat undangan, maka kita lah yang akan menerimanya dari teman-teman kita. Baik itu dari teman satu sekolahan, teman satu kerjaan, teman seperjuangan, atau bahkan- teman tapi mesra. ouuww~
Melangsungkan pernikahan pada bulan yang dianggap baik, yang salah satunya bulan Dzulhijah ini, memang sudah terjadi sejak beberapa tahun kebelakang, atau mungkin bertahun-tahun jauh kebelakang sebelum saya dan teman-teman saya yang memberi undangan lahir ke dunia. Dan jika kita beruntung, kita akan menerima lebih dari dua undangan yang tanggal pernikahannya sama.

Namun, sebagai teman yang baik, meskipun sebaik-baiknya juga cuma dianggap teman, kita pastinya ikut serta merasakan bahagia jika ada teman kita yang sudah sampai ke tahap pernikahan. Bagaimana tidak, meskipun selalu ada pihak yang terluka, pernikahan sejatinya merupakan ritual kebahagiaan yang selalu ditunggu dan diusahakan oleh kebanyakan orang. Karena hanya dengan pernikahanlah, yang tadinya haram menjadi halal, yang tadinya perbuatan maksiat menjadi sebuah ibadah, dan yang tadinya disindir tetangga menjadi disindir mertua. hmm

Bagi sebagian orang, acara pernikahan menjadi sebuah barang yang mahal, karena selain tungtutan mahar yang cukup tinggi dari calon mertua, acara resepsi yang akan digelar juga ditungtut untuk mewah. Sehingga tidak menutup kemungkinan, pihak yang mengadakan acara pernikahan akan berharap mendapat timbal balik dari tamu undangan, baik berupa uang dalam amplop ataupun hadiah dalam kado. Hal ini memang sudah menjadi budaya di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, bahwa setiap tamu undangan akan merasa tidak enak atau bahkan malu jika tidak membawa amplop atau kado ke acara pernikahan. Sehingga ada saja beberapa orang yang memilih tidak datang karena tidak bisa memberi hadiah, atau pilihan lain, memaksakan datang dan memberi amplop kosong.

Apakah sebuah acara pernikahan memang harus seperti itu? Bukankah sebuah mahar tidak perlu mahal, yang penting halal? Bukankah sebuah acara resepsi tidak perlu mewah, yang penting akadnya sah?

Kebanyakan dari kita memang suka merepotkan diri sendiri, biaya acara resepsi pernikahan menjadi mahal karena kita ingin mengundang banyak orang. Dari saudara yang dekat sampai yang jauh, dari teman dekat sampai teman yang bahkan kita belum pernah bicara dengan mereka.
Hal itu sering terjadi kepada saya, beberapa kali saya menerima undangan pernikahan dari seseorang yang namanya saja tidak saya kenal. Ketika saya tanya ke teman saya yang lain, saya baru tahu orangnya yang mana, ternyata dia memberi undangan hanya karena kita satu kerjaan. Saya waktu itu bekerja di sebuah pabrik yang karyawannya cukup banyak. Jangankan saya, seorang HRD saja belum tentu hapal semua nama karyawan.

Tujuan sebenarnya dari resepsi pernikahan adalah untuk bersukur dan bergembira, sekaligus untuk memberi semacam pengumuman kepada orang-orang agar mereka tahu bahwa pasangan tersebut sudah resmi menjadi suami istri. Sehingga tidak terjadi fitnah terhadap pasangan tersebut dikemudian hari.
Namun sayang, semakin kesini acara resepsi pernikahan sudah tidak murni sebagai tanda sukur saja. Sudah terselip pikiran untuk mendapat timbal balik dan bahkan keuntungan (uang). Karena semakin banyak tamu undangan yang datang, maka akan semakin banyak pula amplop atau hadiah yang didapat. Sudah lupa saja, bahwa yang paling terpenting itu adalah doanya.

Saya pikir sebuah acara pernikahan tidak perlu mewah dan tidak perlu mengundang banyak orang, seperti teman jauh yang hanya kenal wajahnya saja, atau bahkan teman jauh yang dulunya dekat. Karena acara pernikahan akan lebih hangat dan menyenangkan jika yang hadir adalah teman-teman yang kita kenal dan dekat dengan kita.

Terakhir saya datang ke acara pernikahan adalah ketika pernikahan teman dekat saya, acaranya sederhana dan tidak berlangsung sangat lama, karena menurutnya hanya teman dekatnya saja yang dia undang. Saya cukup terkesan dan terpuaskan, karena meskipun sederhana, makanan untuk para tamu tidak habis duluan dan tidak ada tamu yang bingung mencarai tempat duduk karena kursi yang disediakan sedikit. Alhasil dia jadi tidak terlalu sibuk bersalaman dengan tamu dan bisa diajak ngopi dulu di kursi tamu dengan saya. Meski mungkin nanti dia akan terkejut menemukan salah satu hadiah pernikahan yang tidak lazim. Semoga saja dia tidak tahu kalau itu dari saya, semoga saja dia tidak mendapat amplop kosong, dan semoga saja dia tidak terus-terusan disindir mertua.

1 comment:

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup.

    ReplyDelete

Undangan Pernikahan Dari Mantan : Permen Nani-Nani Yang Hilang Rasa Manisnya

Dia bingung dulu gak sih, waktu mau ngasih undangan? Sebingung yang dikasih~ Ada satu hal yang paling saya takutkan dalam hubung...